Minggu, 06 Desember 2009

Bahasa Indonesia

RINGKASAN MATERI BAHASA INDONESIA

Oleh: Tim Pengajar (Ahmad Jumirin Asyikin)


Sumber Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu dan bahasa lainnya (unsur serapan bahasa asing) seperti; Belanda, Portugis, Sanksakerta, Inggris, Spanyol, Arab dan bahasa daerah. Bahasa Melayu dan Daerah terutama sejak dulu digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca), dalam kehidupan dan hubungan dagang.

Pernyataan Resmi Bahasa Indonesia dipakai sebagai Bahasa Nasional

Tanggal 28 Oktober 1928; yang berisi pengakuan dan pernyataan tekad ke-bahasa-an yang menjujung tinggi bahasa sebagai bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia.

Empat Faktor Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia

1) Merupakan lingua franca (bahasa perhubungan dan perdagangan).

2) Sistem sederhana, mudah dipelajari dan tidak ada tingkatan.

3) Dapat diterima secara sukarela oleh semua suku di Indonesia.

4) Dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan dan ilmu dalam artian luas.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sangat penting sebagai bahasa nasional dan bahasa negara (UUD 1945, Bab XV, Pasal 36).

1. Bahasa nasional berfungsi sebagai:

a) Lambang kebanggaan kebangsaan.

b) Lambang identitas nasional.

c) Alat perhubungan antar warga, antar daerah dan antar budaya.

d) Alat pemersatu.

2. Bahasa negara berfungsi:

a) Bahasa resmi kenegaraan.

b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

c) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan nasional.

d) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.


Ragam Lisan, Tulis, Baku, dan Tidak Baku

RAGAM LISAN

RAGAM TULIS

RAGAM BAKU

RAGAM TIDAK BAKU


Penggunaan bentuk kata:

Penggunaan bentuk kata:

Ragam yang dilembagakan dan diakui sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi

Ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai adanya ciri-ciri yang menyimpang dari norma baku

Misalnya:

Meningkatken

Anem

Ketimbang

Unesco (dibaca unesco)

Unicef (dibaca unicep)

Universitas Padjadjaran


Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon kelapa.

Bila tak bisa, tak usahlah kau lanjutkan pekerjaan itu.

Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh ketua.

Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon kelapa.

Apabila tidak bisa, tidak usahlah melanjutkan pekerjaan itu.

Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dulu oleh ketua.



Sifat:

Ø Kemantapan Dinamis

Ø Cendekia

Ø Seragam


Penggunaan kosa kata:

Penggunaan kosa kata:

Ragam baku tulis secara nasional misalnya:

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)- Keputusan Mendikbud No. 0543a Tahun 1987 tanggal 9 September 1987:

Ragam sosial, fungsional, keilmuan (teknologi), kedokteran, dan keagamaan.


Bagaimana kamu kasih tahu mereka?

Kakak lagi bikinan mama kue.

Disebabkan karena dana tidak ada dia tidak melanjutkan sekolah.

Bagaimana kamu memberi tahu mereka?

Kakak lagi membuatkan mama kue.

Disebabkan oieh karena dana tidak ada dia tidak melanjutkan sekolah.




Penggunaan struktur kalimat:

Penggunaan struktur kalimat:


Saya sudah sampaikan rencananya kepada pimpinan.

Saya sudah menyampaikan rencananya kepada pimpinan.




Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):

idth:102.8pt;padding:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; height:10.35pt" valign="top" width="137">

ba-pak, ba-rang,

su-lit, la-wan,

de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir, a-khir

in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok

idth:93.2pt;padding:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; height:10.35pt" valign="top" width="124">

pal

sentral

sen

aerob

geometri

sistem

kristal

efek

cek

Cina

eselon

sibernetika

karton

provos

fisiologi

varietas

universitas

rasio

ortografi

vakum

televisi

persentase

ekses

akuntan

teknologi

struktur

Huruf dan Bilangan

Kata

Singkatan dan Akronim

Unsur Serapan


Abjad;

Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz

Vokal: a, i, u, e, o

Pemenggalan Kata

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

Serapan yang belum sepenuhnya diterapkan ke dalam bahasa Indonesia:

reshuffle, shuttle cock, l’exploitation del’homme


Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu:

ma-in, sa-at, buah,


Diftong;

ai, au, oi

Gabungan;

kh, ng, ny, sy

au-la,

sau-da-ra,

am-boi,

lam-bai

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Serapan pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia:


Lambang bilangan:

Angka Arab:

0, 1,2,3,4,5,6,7,8,9,

Angka Romawi:

I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X

L (50), C (100), D (500), M (1.000), ý (5.000),

M (1.000.000)

Ukuran:

0,5 cm 1.20.25

5 kg pukul 15.00

4 meter pesersegi

10 liter

Rp5.000,00

50 dolar Amerika

US$3.50 2.000 rupiah

Alamat:

Jalan Tanah Abang I No. 15

Hotel India, Kamar 123

Bagian karangan (lain-lain):

Bab X, Pasal 5, halaman 234

Surah Yasin: 9

Ke-20, 1%, 1 ½, 1/10,

paal

central cent

aerobe geometry

system

crystal

effect

chek

China

echelon

cybernetics

cartoon

provost

physiology

variety

university

ratio

orthography

vacuum

television

percentage

excees

accountant

technology

structure








Imbuhan:

awalan, sisipan dan akhiran.

Misalnya:

makan-an

me- rasa-kan

mem-bantu

pergi-lah

o Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan dan pangkat diikuti dengan titik.

Misalnya: A.S. Yamin, M.B.A,

Bpk., Sdr., Kol.

o Resmi/lembaga/organisasi tanpa titik. Misalnya: DPR, PGRI, GBHN, PT, SMTP, KTP

o Singkatan Umum disertai titik. Misalnya: dll., dsb., dst., sda., a.n., d.a., u.b., u.p.

o Lambang kimia satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti titik.

Misalnya: Cu/kuprum,

TNT , cm, kVA, kg

Rp 5.000,00



Huruf dan Bilangan

Kata

Singkatan dan Akronim

Kapital:

· Dia masuk kerja

· Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

· Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih

· Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim

· Presiden Amin Rais

· bangsa Indonesia

· Tahun Hijriah

· Asia Tenggara

· Republik Indonesia

· Perserikatan Bangsa-Bangsa

· Nama gelar:

Dr. doktor

M.A. master of arts

S.E. sajana ekonomi

Tn. tuan

Sdr. Saudara

S.H. Sajana Hukum

Ak. Akuntan

Kata Dasar:

Ditulis sebagai satu kesatuan

Kata Turunan:

Ditulis serangkai dengan kata dasarnya:

bergeletar, bertepuk tangan, garis bawahi, penghancurleburan., adipati aerodinamika, biokimia, dll.

Bentuk Ulang:

Kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan tanda hubung. Misalnya:

anak-anak, buku-buku, tukar menukar, sayur-mayur, dibesar-besarkan

Partikel:

lah, kah, tah (ditulis serangkai)

pun, dan per (ditulis terpisah)

Akronim:

Gabungan huruf awal:

ABRI

LAN

PASI

PAPSI

UNO

IKIP

SIM

Gabungan suku kata:

Huruf awal huruf kapital

Akabri,

Bappenas

Iwapi

Kowani

Sespa

Kowani

Miring:

o nama buku,

o kata, nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum ada kata baku Indonesia atau padanananya.

Misalnya:

akuntabilitas (accountability)

urbun (uang muka)

download (unduh)

Gabungan Kata:

o Kata Majemuk: duta besar, kambing hitam, kereta api, orang tua.

o Isitilah Khusus: acapkali, bismillah, halabihalal, sekalipun

o Kata Ganti Orang:

Bukuku, kumiliki, milikmu, kauambil.

Gabungan buku huruf awal dan suku kata:

pemilu

radar

rapim

rudal

tilang

juklak

juknis

renstra

Kata Depan:

di, ke, dan dari (ditulis terpisah): di dalam, di mana, ke tengah, dari Surabaya.

si, sang: sang Kancil, si pengirim, si Budi.

Tanda Baca

Tanda Titik (.)

1. Akhir kalimat

2. Di belakang bagan, ikhtisar, atau daftar

3. Memisahkan angka jam, menit, dan detik (misalnya: Pukul 12.35.45)

4. Menunjukkan waktu (misalnya: dia berjalan selama 1.30.5 jam [1 jam, 30 menit, 5 detik])

5. Daftar pustaka (Siregar, Medi, 1990. Azab. Penerbit: AA Bandung

6. Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (misalnya: Desa kami berpenduduk 2.500 orang)

7. Tidak dipakai bila tidak menunjukkan jumlah (misalnya: Dia lahir pada tahun 1964 di Banjarmasin)

8. Tidak dipakai akhir judul karangan, tabel, dsb.

9. Tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan nama dan alamat penerima.


Tanda Koma (,)

  1. Unsur dalam suatu perincian atau pembilangan (misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan pensil).
  2. Memisahkan kalimat setara, induk dan anak kalimat, dan ungkapan penghubung (misalnya: Oleh karena itu, jadi,).
  3. Memisahkan kata o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
  4. Memisahkan petikan langsung (misalnya: Kata ibu, “Sebaiknya kamu sikat gigi dulu sebelum tidur.”).
  5. Memisahkan di antara nama, tempat, alamat, dan kota.
  6. Dalam daftar pustaka
  7. Diantara bagian dalam catatan kaki.
  8. Diantara nama orang gelar akademik.
  9. Di muka per sepuluhan
  10. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi (misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.).
  11. Dipakai untuk menghindari –salah baca-di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat (misalnya: Atas bantuan Mira, Ita mengucapkan terima kasih.).
  12. Tida dipakai untuk memisahkan petikan langsung, jika petikan itu diakhiri dengan tanda tanya dan seru (misalnya: “Berdiri lurus ke depan!” perintahnya).



Tanda Titik Koma (;)

i. Memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara (misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga).

ii. Pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk (misalnya: Ayah mengurus kebun; Ibu memasak nasi; Adik sedang belajar).


Tanda Titik Dua (:)

  1. Dipakai pada akhir pernyataan lengkap (misalnya: Keperluaan kita: lampu, baterai, dan ember).
  2. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.

Misalnya: Ibu: “Baik, Pak (sambil mengangkat sapu).

  1. Dipakai antar jilid atau nomor dan halaman, diantara bab dan ayat dalam kitab suci, diantara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:

Tempo, I (1971), 34: 7, Surah Lukman: 9, Karangan Ali Hakim, Pendidikan, Penerbit Ghalia, Jakarta,

Cokro, Sutomo, 1999. Indonesia Bangkit, Jakarta: Eresco

  1. Dipakai sesudah kata ungkapan. Misalnya:

Ketua : Ahmad Jaya

Sekretaris : Iwan S. Tirta

Bendahara : Nita S. Bono MP.

  1. Tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya: STIE Indonesia ini memiliki jurusan Akuntansi dan jurusan Manajemen.


Tanda Hubung (-)

  1. Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris
  2. Menyambung unsur kata ulang.
  3. Menyambung awalandengan bagian kata di belakangnya.
  4. Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu. Misalnya: p-a-n-t-a-i, 1-3-4-5-8-9.
  5. Untuk memperjelas bagian-bagian kata atau ungkapan. Misalnya: ber-evolusi, dua-puluh-lima-ribu.
  6. Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, singkatan berhuruf dengan imbuhan atau kata, dan mana jabatan rangkap.

Misalnya: se-Indonesia, hadiah ke-2, mem-PHK-kan, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara.

  1. Untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya: di-smash, pen-tackle-an.


Tanda Pisah (--)

1. Membatasi peyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat (misalnya: Kemerdekaan bangsa itu--saya yakin akan tercapai--diperjuangkan oleh bangsa sendiri.

2. Adanya keterangan aposisi.

3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’ (misalnya: 1910-1935, tanggal 5-10 April 1990, dari Jakarta--Bandung)


Tanda Elipsis (…)

1. Dipakai dalam kalimat terputus-putus (misalnya: Kalau begitu… ya, boleh lah)

2. Pengganti naskah atau kata yang dihilangkan (misalnya: … akan diselidiki lebih lanjut)


Tanda Tanya (?)

1. Dipakai akhir kalimat tanya (misalnya: Apakah kamu sudah makan?)

2. Dipakai dalam tanda kurung, untuk bagian atau kalimat yang disangsikan kebenarannya

Ia dilahirkan pada tahun 1888 (?), Uang sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.


Tanda Seru (!)

Sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

Alangkah seramnya peristiwa itu!

Merdeka!

Masakan! Sampai hati ia meninggalkan anaknya.


Tanda Kurung ((…))

1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan, misalnya: DIK (Daftar Isian Kegiatan)

2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan, misalnya: Keterangan itu (lihat Tabel 12) menunjukkan arus perkembangan politik.

3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan, misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (desa) Sukamaju.

4. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan, misalnya: Kebutuhan utama manusia meliputi: (a) makan, (b) minum, (c) udara, (d) air, dan (d) rumah untuk berteduh.


Tanda Kurung Siku ([…])

1. Sebagai koreksi dalam tulisan, misalnya: Saya men[d]engar bunyi air.

2. Penjelas yang sudah bertanda kurung (misalnya: Ayah mengurus kebun (kelapa, jeruk [Siam, Pontianak, Sungai Madang], dan teh).


Tanda Petik (“….”)

1. Mengapit petikan langsung (kata awal dan kata akhir).

2. Mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat (misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa).

3. Mengapit istilah ilmiah kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus (misalnya: Celana “cutbrai”

4. Mengapit kata yang mempunyai arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat (misalnya: Ita mendapat julukan “Si Hitam Manis”)


Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain (misalnya: Tanya Bapak, “Dimana kamu menyimpan buku, kudengar adik menjawab, ‘di lemari’, yang dibaca tadi siang.”)

2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing (misalnya: feed-back ‘balikan’


Tanda Garis Miring (/)

1. Nomor surat, nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua takwim (misalnya: No. 7070/PK/VI/1999, Jalan Kramat Raya III/10, tahun anggaran 2001/2002).

2. Pengganti kata atau dan tiap (misalnya: dikirimkan lewat darat/laut, harganya Rp500,00/lembar).


Tanda Penyingkat atau Apostrof (`)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya: Ali`kan kusurati.

Malam`lah tiba dan bunyi jangkrik semakin nyaring.

Banjarmasin, 30 Juni ’02


Paragraf

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik dan merupakan perpaduan kalimat yang memperlihatkan satu kesatuan pikiran.

Sebuah paragraf dapat terdiri dari: dua buah kalimat, tiga buah kalimat atau lebih.

Syarat Paragraf:

  1. Kesatuan Paragraf
  2. Kepaduan Paragraf, melalui ungkapan kalimat yang dibentuk dari beberapa kata transisi, seperti

o Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.

o Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.

o Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.

o Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka.

o Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu.

o Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.

o Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.

o Hubungan tempat: berdekatan dengan itu.

Jenis Paragraf:

  1. Paragraf Pembuka
  2. Paragraf Pengembang
  3. Paragraf Penutup

Contoh Paragraf:

Akuntansi adalah kegiatan pencatatan, peringkasan, pengklasifikasian, penyajian, dan pelaporan. Oleh karena itu, akuntansi harus dipelajari dan dipahami secara baik dan mendalam agar dalam berpraktik dapat digunakan secara tepat dan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Akuntansi dapat pula berfungsi sebagai alat bagi manajemen (tool of management) untuk mengelola perusahaan secara profesional dan akuntabel. Sebab melalui alat ini, kita dapat membuat suatu laporan dan atau pelaporan secara sistematis dan berperiode.